logo blog
Selamat Datang Di Blog Kang Kroto
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Kang Kroto,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

Cara Budidaya Jahe Merah Terbaru 2014

Cara Budidaya Jahe Merah Terbaru 2014 - Banyak sekali jenis usaha yang bisa kita lakukan untuk menambah penghasilan keluarga. Salah satunya dalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk budidaya jahe merah. Dengan teknik baru sistem bag culture, kita bisa melakukan budidaya jahe merah dengan lahan dan bisaya seminim mungkin.

Jenis tanaman budidaya biasanya membutuhkan lahan khusus, namun tidak demikian dengan budidaya jahe merah. Di Brebes bagian Utara yang memiliki tanah dengan tekstur liat,  dan tidak cocok untuk tanaman jahe, telah dilakukan budidaya jahe dengan meramu media tanam yang lebih remah dengan mencampur ladu, pupuk kandang, dan sedikit tanah dengan sistem budidaya dalam karung (bag culture).

Bapak Hepperly seorang peneliti dan kawan kawan telah melakukan budidaya jahe di Hawai sejak 2004,  untuk menghasilkan benih yang sehat, bebas dari penyakit seperti layu bakteri yang sering menjadi kendala dalam budidaya tanaman (Soil and Crops Management, June, 2004), serta saat ini juga sedang di kembangan UPBS Balittro.


Sekarang ini sudah mulai marak budidaya jahe merah dilakukan dengan karung dengan menggunakan media tanam dengan memperbanyak bahan organik, di antaranya dilakukan oleh para petani di Banjarnegara dan Brebes. Dalam upaya pendampingan teknologi budidaya jahe dan juga umpan balik dari petani/kelompok tani pada hari Sabtu, 6 Juli 2013, Dr. Sukamto dkk. (UPBS Balittro),  telah dilakukan kunjungan lapang ke petani di antaranya Kelompok Tani Jahe Organik Desa Larangan  Kec. Larangan Kabupaten Brebes.

Salah satu teknik budidaya jahe merah yang mereka lakukan adalah dengan pemangkasan. Pemangkasan dilakukan saat tanaman mencapai 2 bulan pada 5-10 cm dari pangkal rimpang. Menurut mereka, pemangkasan bertujuan  merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada rimpang. Setelah karung-karung berisi tanaman yang sudah dipangkas, lalu tanaman dibiarkan hingga muncul tunas-tunas tanaman baru dari dalam rimpang. Akan tetapi tidak jarang berdasarkan kondisi dilapang tanaman ini batangnya menguning. Kemungkinan luka inilah  yang menyebabkan mudahnya terserang penyakit. Oleh karena itu diperlukan penelitian berkaitan dengan cara pemangkasan yang baik dan benar serta sejauhmana korelasinya dengan jumlah produksi rimpang yang dihasilkan.

Dengan  teknik budidaya tersebut para petani memperkiran biaya yang dikeluarkan sebagai modal sekitar Rp 30.000,- hingga Rp 40.000,-/ karung. Memang  perlu diakui budidaya intensif ini terbilang relatif tinggi biaya (high cost) dan tidak semua petani bisa melakukannya. Prediksi hasil panen yang fantastis 20 kg/karung  ditambah harga jahe yang relatif tinggi dibanding komoditas hortikulkura lainnya, petani memperhitungkan keuntungan yang berlipat-lipat dari budidaya jahe dengan sistem ini.

Kelompok Tani Jahe Organik desa Larangan membudidayakan pertanaman jahe dalam karung ukuran 40 x 100 cm dengan media tanam bokasi dari bahan limbah pabrik penggergajian kayu. Karung baru digunakan sekali pakai. Bibit jahe berasal dari sumber petani lain bukan bibit tersertifikasi. Benih disemai terlebih dahulu dengan cara dihamparkan atau diangin-anginkan. Media tanam (Bokhasi + pasir ladu)  dimasukan kedalam karung  sebanyak 0,2 dari volume karung. Benih ditanam masing-masing 250 g/karung.  Karung ditata dengan 5 jumlah baris dalam kolom.  Kurang lebih setiap 15 hari sekali, petani menambahkan media bokashi ke dalam karung agar rimpang yang terlihat dapat tertutupi. Dalam sistem budidaya ini yang unik dan diperlukan penelitian lanjut, petani tidak menambahkan pupuk anorganik dalam petanaman jahe dan melakukan pemangkasan tanaman.

Salah satu tantangan dalam teknik budidaya diperlukan penanganan intensif pada tanaman mulai dari penanganan bokasi untuk media tanam, irigasi, kegiatan pemangkasan, dan penambahan media secara rutin. Jika teknik budidaya ini dapat berhasil dan sesuai dengan harapan yang diinginkan, hal yang sangat menguntungkan adalah efisiensi penggunaan lahan sebesar 90% dari budidaya konvensional.  Itu artinya petani untuk membudidayakan 1000 karung (1000 m2) setara dengan budidaya konvensional 1 ha. Efisiensi yang lain tentunya penggunaan benih tanaman yang digunakan. Keuntungan lainnya budidaya dalam karung ini dapat di arahkan untuk budidaya organik dengan mengadopsi teknologi-teknologi Balittro yang telah dihasilkan. Selain itu juga bila digunakan untuk menghasilkan benih dapat menjadi sumber benih yang sehat. Dan dengan kondisi yang  terkontrol produksi jahe dapat ditargetkan sesuai dengan permintaan. 

Budidaya jahe merah semakin banyak peminatnya, alasannya adalah:
  1. Permintaan terhadap jahe merah tinggi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri.
  2. Jahe merah bisa tumbuh pada ketinggian 0-2.000 meter di atas permukaan laut, sehingga budidaya jahe merah bisa dilakukan di mana saja.
  3. Teknis budidaya relatif mudah, dengan menggunakan media tanam karung atau bag culture atau polybag bisa dilakukan.
  4. Lahan yang dibutuhkan untuk budidaya jahe merah tidak perlu luas, kita bisa memanfaatkan lahan di pekarangan atau halaman rumah yang tidak produktif.
  5. Harga jual jahe merah cukup menguntungkan berkisar antar Rp. 10.000,00 hingga Rp. 30.000,00 (dijual sebagai bibit).
  6. Belum begitu banyak yang melakukan budidaya jahe merah.
  7. Biaya budidaya jahe merah relatif rendah.
Berikut ini beberapa penyakit yang umum ditemui dalam budidaya jahe merah yaitu:
  1. Penyakit layu bakeri. Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab. Pengendalian: jaminan kesehatan bibit jahe; karantina tanaman jahe yang terkena penyakit; pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik; pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%).
  2. Penyakit busuk rimpang. Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk. Gejala: Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian: penggunaan bibit yang sehat; penerapan pola tanam yang baik; penggunaan fungisida.
  3. Penyakit bercak daun. Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka. Gejala: Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati. Pengendalian: Baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.
Enter your email address to get update from Kang Kroto.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2013. Kang Kroto - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger